Selasa, 29 November 2011

Sifat Larutan Garam Terhidrolisis



A.    Sifat Larutan Garam
Suatu garam dianggap sebagai suatu senyawa ionik yang diperoleh melalui reaksi netralisasi dalam air. Hasil pelarutan garam dapat bersifat netral, asam atau basa.
Jika suatu garam dilarutkan ke dalam air maka garam akan terurai membentuk ion-ionnya, yang dapat bergerak secara bebas di dalam larutan. Pada keadaan tertentu ion-ion tersebut dapat berprilaku sebagai asam/basa, bergantung pada sifat ion-ion yang terdapat dalam larutan.


·         Reaksi Anion dengan Air
Anion-anion yang menghasilkan larutan alkali merupakan basa yang lebih kuat dari air. Anion-anion tersebut merupakan basa konjugasi dari asam lemah dan menstabilkan kesetimbangan, sebab anion-anion tersebut dapat menarik proton dari molekul air. Akibat penarikan proton dari molekul air oleh anion, meninggalkan sisa ion OH- yang menyebabkan larutan menjadi basa.
·         Reaksi Kation dengan Air
Kation-kation yang mengakibatkan larutan bersifat asam adalah kation yang mengandung nitrogen seperti NH4+ atau kation logam dengan kemampuan polaritas tinggi. Ion amonium dan semua kation lain yang menjadikan larutan bersifat asam adalah asam yang lebih kuat dari air atau asam konjugat dari basa lemah. Pada reaksi antara kation-kation dengan air, air berperan sebagai akseptor proton/ suatu basa.
Reaksi kation/anion dengan air dikenal sebagai hidrolisis. Dengan kata lain, hidrolisis suatu ion adalah reaksi ion dengan air menghasilkan asam konjugat dan ion hidroksida (pembentuk basa) atau menghasilkan basa konjugat dan ion hidronium (pembentuk asam).

B.     Hidrolisis Garam
·         Larutan garam bersifat netral
Basa konjugat dari asam kuat tidak memiliki afinitas terhadap proton dibandingkan dengan molekul air. Basa konjugat ini merupakan asam-asam kuat yang terdisosiasi sempurna di dalam pelarut air.
Garam-garam yang berasal dari kation basa kuat dan anion asam kuat tidak mengalami hidrolisis. Hal ini terjadi karena kation dan anionnya tidak bisa bereaksi dengan air (terdisosiasi sempurna dalam air). Sehingga tidak memiliki dampak terhadap [H+] maupun [OH-] ketika dilarutkan dalam air, sehingga larutan yang dihasilkan akan bersifat netral.
·         Larutan garam bersifat basa
Garam-garam yang berasal dari kation basa kuat dan anion asam lemah, mengalami hidrolisis parsial. Hidrolisis parsial ini terjadi karena hanya anion dari asam lemahnya saja yang dapat bereaksi dengan air, sedangkan kationnya (yang berasal dari basa kuat) tidak bisa bereaksi dengan air. Sehingga hanya memiliki dampak terhadap [OH-] ketika dilarutkan dalam air, sehingga larutan yang dihasilkan akan bersifat basa.
·         Larutan garam bersifat asam
Garam-garam yang berasal dari kation basa lemah dan anion asam kuat, mengalami hidrolisis parsial. Hidrolisis parsial ini terjadi karena hanya kation dari basa lemahnya saja yang dapat bereaksi dengan air, sedangkan anionnya (yang berasal dari asam kuat) tidak bisa bereaksi dengan air. Sehingga hanya memiliki dampak terhadap [H+] ketika dilarutkan dalam air, dan larutan yang dihasilkan akan bersifat asam.
Selain garam-garam diatas, masih terdapat garam lain dimana kedua ionnya dapat mempengaruhi pH larutan, seperti amonium asetat (NH4CH3COO) dan amonium sianida (NHCN). Garam-garam tersebut bila dilarutkan ke dalam pelarut air akan terurai membentuk ion-ion (kation dan anion) yang keduanya dapat terhidrolisis. Sehingga garam-garam yang berasal dari anion asam lemah dan kation basa lemah akan mengalami hidrolisis total. Hidrolisis total dapat terjadi apabila kation dan anion penyusun larutan garam tersebut dapat bereaksi dengan air.
Ketika dilarutkan dalam air sifat larutan yang dihasilkan oleh garam-garam tersebut tergantung pada harga tetapan ionisasi asam dan ionisasi basanya (Ka dan Kb).
Ka > Kb : bersifat asam
Ka < Kb : bersifat basa
Ka = Kb : bersifat netral

1 komentar: